Jagalah Gerbang Hatimu !
Judul : Jangan Shalat bersama Setan
Penulis : Syaikh Mu’min Fathi Al Haddad
Penerbit : Aqwam, Solo
Cetakan : I, Juni 2007
Tebal : 192 hlm
Peresensi: Silvia Carolina (Sastra Inggris, Fak.Sastra)
Shalat adalah ibadah teristimewa setiap muslim kepada Allah Swt, sebab di saat-saat inilah seorang hamba bisa berduaan dengan Allah azza wa jalla. Dalam sebuah hadits bahkan disebutkan bahwa Allah senantiasa menghadapkan wajah-Nya ke wajah hamba-Nya yang sedang shalat. Rasulullah berpesan bahwa ketika shalat, shalatlah seolah-olah kita melihat Allah; jika kita tidak dapat seolah-olah melihat-Nya, sesungguhnya Dia selalu melihat kita.
Allah pun memperingatkan kita, dalam surat Al-mu’minun tentang betapa pentingnya kekhusyu’an shalat itu: “Sesungguhnya beruntung orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya. (Q.S. Al-mu’minun : 1-2). Namun, tidak dapat kita pungkiri bahwa yang demikian itu begitu sulit untuk dicapai. Ada banyak hal yang membuat pikiran dan hati kita sukar untuk menyatu dengan jiwa shalat, dan tidak bisa menghadirkan Allah di benak kita.
Buku “Jangan Shalat bersama Setan” akan sangat berguna bagi kita yang ingin mengetahui seluk-beluk datangnya gangguan itu dan langkah-langkah untuk menghindarinya, serta aspek-aspek yang berkaitan dengan shalat yang mungkin belum kita ketahui sebelumnya.
Hal pertama yang dikupas dengan tuntas dalam buku ini adalah janji iblis kepada Allah untuk menyeret manusia ke jurang kesesatan. Penulis mengemukakan bahwa diskotek dan niteclub bukanlah tempat yang paling digemari oleh setan, sebab kemaksiatan akan selalu terjadi di sana. Yang paling ditekuni oleh setan adalah mengacaukan pikiran orang yang sedang berusaha untuk “lurus”, sebab keberhasilan membengkokkan yang lurus itu, bagi setan adalah suatu kemenangan besar. Oleh karena itu, perjuangan favorit setan adalah mengganggu shalat kita.
Dalam bab awal, penulis memaparkan ada 5 tingkatan dalam shalat. (1) Orang yang lalai dan zalim terhadap dirinya, tidak melakukan wudlu dengan baik, tidak menjalankan sesuai dengan batas-batas dan rukun-rukun shalat, akan mendapatkan hukuman dari Allah; (2) Orang yang menjaga waktu shalat, batas-batas, dan rukun-rukun shalat yang zhair, dan menjaga wudlunya, namum lalai dalam bermunajah melawan bisikan dan pikiran yang menggapai jiwanya, akan dihisab oleh Allah; (3) Orang yang shalat sekaligus berjihad: sanggung menjaga batas dan rukun shalat, juga berupaya mengusir bisikan dan pikiran yang menggoda dirinya sehingga ia sibuk dengan perjuangan melawan setan agar tidak mencuri shalatnya, akan dihapuskan dosanya (4) Orang yang memenuhi hak dan kewajban shalat, rukun-rukun, dan batasnya. Dia larut dalam shalatnya, sehingga amalannya tidak terbuang percuma. Dalam tingkatan ini, mereka mendapatkan pahala; Tingkatan tertinggi shalat seseorang adalah (5) orang yang mendirikan shalat dengan menghadirkan hatinya di hadapan Allah. Mereka dijanjikan oleh Allah akan selalu didekatkan dengan-Nya.
Di bab selanjutnya, penulis mengingatkan pembaca bahwa perlindungan sejati kita adalah Allah Swt. Disebutkan pula bahwa membaca surat Al-Ikhlas, An-Nas, dan Al-Falaq di pagi, siang, dan sore adalah amalan yang perlu kita biasakan untuk berlindung pada Allah dari segala macam gangguan.
Gangguan setan memang begitu dahsyat, karena, sebagaimana yang Allah kabarkan bahwa iblis memang bertekad demikian. Bentuk-bentuk tipu daya setan antara lain: menjerumuskan manusia dalam dosa, menanamkan rasa takut dalam hati orang beriman, memanipulasi akal manusia, menjadikan manusia cinta dunia. Penulis juga memberikan gambaran seperti apa skenario iblis untuk menguasai hati manusia. Setan akan menyeret manusia melalui gerbang hati. Gerbang hati itu adalah: mata, telinga, lidah, mulut, tangan, dan kaki. Di keenam titik itulah iblis terkonsentrasi.
Namun, penulis pun memaparkan beberapa cara cerdas mengendalikan pikiran: Dalam Al-Qur’an diajarkan: (1) Setan itu tersembunyi. Mereka akan lari karena adanya dzikir kepada Allah; (2)Tipu daya setan itu lemah, maka manusia harus beristi’adzah; (3)Jangan takut pada setan, takutlah pada Allah, karena itu adalah tanda orang beriman; (4)Berpegang teguhlah pada tali Allah, yaitu Al-Qur’an dan As-sunnah.
Mulai dari judul saja, buku ini telah menarik banyak pembaca. Tidak hanya buku ini menarik, tapi “Jangan Shalat bersama Setan” juga adalah buku yang sangat penting untuk dibaca. Dengan membaca buku ini, kita akan mengetahui langkah-langkah yang harus kita persiapkan dan lakukan untuk memproteksi diri kita dari jeratan setan, terutama dalam shalat. Sebab, kedekatan pada Allah yang paling agung adalah shalat yang benar dan terbebas dari bisikan.
Bagi pembaca yang lebih suka menerima tips-tips praktis, mungkin buku ini tidak dapat memenuhinya. Keistimewaan buku ini adalah kelengkapan dalil, baik dari Al-Qur’an maupun As-Sunnah, yang selalu ada dan lengkap pada tiap pembahasan, baik sub-bab maupun penjelasan tiap poinnya. Selain itu, penulis juga melengkapi pemaparannya dengan pendapat dan pengalaman para ulama besar seperti Imam Syafii, Hanafi, dll mengenai mengendalikan hati dan pikiran dalam shalat.
Shalat adalah tiang agama. Ketika shalat runtuh, maka agama pun hancur. Saat ini, keadaan kaum muslimin pun masih terpecah-belah baik karena ego pribadi dan ketidakpahaman, juga karena konspirasi musuh Islam. Perjuangan menuju kemuliaan kembali dengan penerapan Islam dalam peradaban manusia, diperlukan kegigihan dan pertolongan Allah Swt. Oleh karena itu, kedekatan dengan Allah adalah juga yang harus dikejar oleh umat muslim yang saat ini masih terjebak dalam ide-ide yang ingin menghancurkan Islam. Shalat adalah salah satu cara yang paling ampuh untuk mendekatkan diri kita kepada Allah. Namun, shalat pun hanya akan menjadi sebatas gerak, apabila hati dan pikiran kita tidak menyatu dengannya demi menghadap Allah Swt. Selamat membaca, dan terbebas dari bisikan setan!
Ps: telah dipublikasikan di Komunikasi UM
Thx mbk silv....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar