Pages

Sabtu, 27 Februari 2010

Perangkat Lunak

Perangkat lunak adalah
perangkat yang menghubungkan/mengkomunikasikan antara perangkat keras (hardware) dengan pengguna (user/brainware).
Perangkat lunak dibagi menjadi:
- Perangkat lunak sistem
Suatu perangkat lunak yang berfungsi melayani perangkat lunak lain, seperti : kompilator, editor, sistem operasi, utilitas, da lain-lain.

- Perangkat lunak Real time (waktu nyata)
Suatu perangkat lunak yang berfungsi mengendalikan, memonitor atau menganalisis kejadian (event) yang terjadi pada keadaan nyata. Perangkat lunak ini mempunyai komponen sebagai berikut :
• komponen pengumpul data : mengumpulkan & memformat informasi dari lingkungan eksternal
• komponen analisis: melakukan transformasi informasi yang dibutuhkan aplikasi
• komponen control/output: merespon lingkungan eksternal
• komponen pemonotoran : mengkoordinasi seluruh komponen sehingga respon real time yang diinginkan dapat tercapai

- Perangkat lunak bisnis
Perangkat lunak yang mengakses satu atau lebih basisdata besar yang berisi informasi bisnis, sebagai contoh sistem payroll, sistem invetori, dan lain-lain.

- Perangkat lunak keteknikan dan keilmuan
Perangkat lunak ini banyak membantu memecahkan permasalahan di bidang astronomi, vulkanologi, automotive stress analysis, molecular biology, automotive manufacturing, Computer Aided Design (CAD), dan lain-lain


- Embedded software
Perangkat lunak yang ditanam pada suatu chip (EEPROM). Perangkat lunak ini terintegrasi dengan perangkat keras dan berfungsi mengatur kinerja dari perangkat keras tersebut. Sebagai contoh : microwave oven, telpon genggam, pengaturan avionik pesawat udara, dan lain-lain.

- Perangkat lunak Komputer personal (PC)
Perangkat lunak yang dioperasikan di PC, seperti : pengolah kata, multimedia, DBMS.

- Perangkat lunak Kecerdasan Buatan
Perangkat lunak yang menerapkan algoritma nonnumerik untuk memecahkan permasalahan yang kompleks. Contoh : perangkat lunak kecerdasan buatan, sistem pakar, dan lain-lain.

- Aplikasi web : aplikasi berbasis web yang mendukung kegiatan-kegiatan
bisnis maupun kegiatan lain, contoh : e-commerce, search engine.


Beda Perangkat Lunak dengan Program

Perangkat lunak (PL) atau software adalah sebuah perangkat yang terdiri dari
item-item / objek-objek yang merupakan konfigurasi dari :
- Program : perintah (program komputer) yang bila dieksekusi memberikan
fungsi dan unjuk kerja seperti yang diinginkan
- Dokumen : menggambarkan operasi dan kegunaan program
- Data : struktur data yang memungkinkan program memanipulasi informasi
secara proporsional
Jadi dapat disimpulkan bahwa program merupakan bagian dari objek-objek perangkat lunak.

Karakteristik Perangkat Lunak

- Perangkat lunak adalah suatu produk yang lebih menekankan pada kegiatan rekayasa (engineering) dibandingkan kegiatan manufacturing (rancang bangun di pabrik)
- Perangkat lunak bukanlah produk yang dapat usang atau rusak untuk kemudian dibuang, seperti halnya produk perangkat keras. Yang dapat terjadi adalah produk-produk perangkat lunak tersebut tidak dapat melayani beberapa kebutuhan yang dikehendaki pemakainya, disebabkan berkembangnya kebutuhan-kebutuhan baru. Sehingga perlu dilakukan perubahan-perubahan pada perangkat lunak tersebut.
- Kebanyakan perangkat lunak tidak dibangun dari perangkat lunak-perangkat lunak yang sudah ada. Pembangunan aplikasi baru kebanyakan dimulai dari awal, dari tahap analisis sampai tahap pengujian. Namun demikian, kini paradigma baru mulai dikembangkan, yaitu konsep reuseability. Dengan konsep ini suatu aplikasi baru dapat dikembangkan dari aplikasi yang sudah ada yang menerapkan konsep reuseability tersebut.


Rabu, 24 Februari 2010

Modul 2 Komponen HTML Lanjut (2)

Untuk komponen HTML lanjut berikutnya adalah membuat desain tabel perbandingan item dengan memanfaatkan fitur pengelompokan.
Pembuatan desain tabel ini menggunakan kode HTML seperti halnya membuat tabel biasa, namun dengan modifikasi pada beberapa bagian.

Tabel ini terdiri dari beberapa kolom dan baris. Pada baris ke 6, diberikan tambahan garis horizontal yang tergabung menjadi satu kesatuan dengan tabel. Screen shoot tampilan halaman web desain tabel dapat dilihat pada gambar di atas.

Untuk membuat tampilan seperti pada screen shoot di atas, kode HTML yang harus dimasukkan adalah sebagai berikut.

Modul 2 Komponen HTML Lanjut (1)

Pada pembahasan komponen HTML lanjut ini, kita akan belajar untuk membuat kreasi grafik batang statis dengan memanfaatkan elemen tabel.
Pembuatan grafik batang menggunakan kode HTML ternyata tidak sesulit yang dibayangkan.


Kita bisa mengatur panjang dan lebar masing-masing batang statisnya. Selain itu, kita juga dapat memberikan warna backcolour pada masing-masing batang statis.
Pembuatan kreasi grafik batang statis ini menggunakan elemen tabel yang dimerge menjadi satu.
Gambar di atas adalah screen shoot tampilan halaman web kreasi grafik batang statis dengan memanfaatkan elemen tabel.


Minggu, 21 Februari 2010

Alhamdulillah...

Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Semakin kutahu
Jika pepohonan dijadikan pena
Dan laut menjadi tinta
Niscaya takkan pernah cukup
Tuk menuliskan semua nikmat-Nya

Lelah. Rasanya terlalu lelah untuk terus berdo’a kepada Allah. Hari ini entah sudah kesekian kalinya aku meminta, tapi tak jua Dia mengabulkan permintaanku. Pekan lalu, saat ku membutuhkan tangan-Nya. Ah, jangankan yang baru-baru ini, puluhan bahkan ratusan pintaku bulan-bulan sebelumnya, juga tahun sebelumnya, kalau kuingat-ingat, belum juga terkabulkan.

Tapi, apa salahnya malam ini ku mencoba berdialog kembali dengan-Nya, semoga saja ia mau mendengar. Baru saja kususun jemari ini, belum sempat baris kata-kata yang sebelumnya sudah kurangkai indah di dalam benakku deras terburai keluar dari mulutku, mataku menangkap tajam jemariku yang bergerak…

Astaghfirullaah… seketika dadaku sesak. Berdegup kencang. Ingin kuhapus kata-kataku di atas. Tapi sudah terlanjur tumpah. Aku malu telah lancang kepada-Nya dan menihilkan semua yang telah diberikan-Nya.


Sedetik kemudian. seiring dengan menggenangnya air di pelupuk mata ini yang siap tumpah bagai gelombang yang menunggu perintah menghantam karang, benakku sudah disesaki dengan jutaan tanya…

Pernahkah aku meminta kepada-Nya untuk memberikan kepadaku jemari yang lengkap dan indah ini, sehingga aku bisa banyak berbuat dengan kesempurnaan penciptaan ini. Aku tak pernah meminta sebelumnya agar Ia melengkapi tanganku ini dengan jemari, aku juga tak pernah berdo’a untuk berbagai kesempatan hingga detik ini aku masih bisa menggerakkan dan menyentuh dengan jemariku ini. Tapi sampai detik ini, Dia masih memberikannya kepadaku.

Harus kusentuh lagi beberapa anggota tubuh ini. Kemudian aku berdiri, subhanallah, aku masih bisa berdiri. Padahal aku tak pernah sebelumnya meminta agar terus ditetapkan memiliki dua kaki sempurna, tapi Dia masih terus memberikannya. Kupandangi, ups…sebelum kulanjutkan…dengan apa aku memandang? Pernahkah aku meminta Dia menganugerahiku sepasang mata indah ini? Sehingga semua terasa begitu indah untuk dinikmati, semua alam dan lukisan semesta menjadi penghibur hati dengan adanya dua mata ini. Kuyakin juga - aku tak pernah lupa - tak pernah memohon kepada-Nya untuk tetap memberikut dua telinga dengan fungsi pendengaran yang baik. Tapi kenapa aku masih bisa mendengar?

Test…test…satu…satu, dua tiga….

Sengaja aku mengetes suaraku. Masih jelas terdengar. Tapi, bukankah Dia memberikannya begitu saja kepadaku tanpa pernah aku memintanya? Lalu aku berjalan, Alhamdulillah aku masih bisa berjalan. Ke luar kamar, ke ruang tengah, kulihat masih terlihat sederet makanan di meja makan, kucicipi sepotong tahu. Enak, ya enak. Tapi kenapa aku masih bisa merasakan nikmatnya sepotong tahu? Juga segarnya menyeruput sebotol juice buah yang kuambil dalam kulkas? Yang pasti, tak pernah barisan kata pinta terucap tuk sekedar memohon agar tetap diberikan kemampuan merasa…

Kuterus berjalan. Ke kamar mandi. Ada air. Kusentuh segarnya air itu, aah, sejak kapan aku merasakan kesegaran ini. Mungkinkah ketika terlahir dulu sempat aku meminta kepada-Nya agar dikaruniakan kesegaran macam ini? atau….hhhhhh, kuhirup udara malam yang sejuk. Eh, apa pernah aku minta Dia tak menyetop pasokan udara untukku? Bahkan…aku masih hidup, aku masih hiduuup (teriakku)… siapa yang tahu dan bisa menerka sampai kapan aku masih bisa menikmati hidup. Tapi yang jelas tak pernah sekalipun keluar dari mulut ini rangkaian kata : “Tuhan, terima kasih atas semua nikmat-Mu, sampai hari ini.”

Masih saja banyak pintaku
Dan air mata itupun tumpah deras membasuh kegersangan jiwa ini…

[Dikutip dari : buku Oase Jiwa - Truly, Deeply, Sincerely : Kawan, Pernahkah seberdosa ini?]

” Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepadanya. setiap waktu dia dalam kesibukan. Maka nikmat Rabb-mu yang manakah yang kamu dustakan? “
(Q.S. Ar-Rahmaan 55: 29-30)

Ps: saya menemukan artikel ini ketika berusaha googling murottal QS Ar Rahman yg langsung satu surat. tidak seperti yg sudah saya punya (per ayat). membaca artikel ini, membuat saya sadar dan mengerti, bahwa sudah terlalu banyak nikmat yg Alloh berikan pada kita. Kadang, memang kita terlalu sering mengeluh tentang hidup ini. Begitupun dengan saya, yang akhir2 ini merasa bahwa hidup saya semakin kacau. Semoga kita bisa lebih baik lagi. Amin. dan alhamdulillah atas semua nikmatNya..
terimakasih buat blog yg mengulas artikel ini. http://fahmijafar.net/2007/04/09/maka-nikmat-tuhanmu-yang-manakah-yang-kamu-dustakan/

Selasa, 16 Februari 2010

Modul 1 Membuat Halaman Web Sederhana


Membuat halaman web sederhana yang melibatkan elemen teks, garis, warna, dan gambar.

Untuk memberikan heading pada tampilan halaman web sederhana, gunakan code
&ltbr/>

<head> <title>Modul 1 PEMROGRAMAN BERBASIS WEB</title></head>


Untuk memberikan background image pada halaman web, kita dapat menggunakan code

&ltbr/>

<body background ="siip.jpg">



Dalam hal ini, kita mengimpor file gambar dengan nama siip.jpg dari direktori kita.


Untuk menambahkan teks, langsung ketikkan teks yang diingankan di bawah body, misalnya kita ingin menambahkan tulisan "Halaman Web Sederhana" dengan format Bold, maka code yang harus diketikkan adalah


&ltbr/>

<b>Halaman Web Sederhana



Untuk memberikan garis horizontal berwarna, code html yang harus dituliskan adalah


&ltbr/>

<hr style = "color:#0000FF">



Code di atas menghasilkan garis horizontal dengan warna biru.


Pemberian garis horizontal dapat ditentukan sendiri ukuran panjangnya, yaitu dengan code
&ltbr/>

<hr style = "color:#0000FF" align="right" width="200">



Code di atas menghasilkan garis horozontal dengan align right dan width 200 berwarna biru.


Untuk menuliskan teks berwarna dapat menggunakan code


&ltbr/>

<span style="color:#800000;"><b>Rinda Wahyu Iksanti



Kita dapat menyisipkan gambar yang memiliki border, misalkan foto ke dalam halaman web dengan menggunakan code


&ltbr/>

<img src="baby.jpg" align="right" border="8/" />



Pada screen shoot halaman web di atas, source code lengkap yang digunakan adalah

Sabtu, 06 Februari 2010

Mencintai Sejantan 'Ali


Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya. Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis.
Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya!
Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!

‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali. Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya..
Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali. Lihatlah berapa banyak budak muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar,
insyaallah lebih bisa membahagiakan Fathimah. ’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin.
”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali. ”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.” Cinta tak pernah meminta untuk menanti.
Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.
Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu. Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk
mempersiapkan diri.

Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh-musuh Allah bertekuk lutut. ’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah.

’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi
siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk
mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya
’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..” Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah.

Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali
menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi. ’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!”

’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha. Mencintai tak berarti harus memiliki. Mencintai berarti pengorbanan untuk kebahagiaan orang yang kita cintai. Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.

Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak. Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarder kah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’ kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri. Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka.
Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adz kah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubadah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu
membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya
firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi..”
”Aku?”, tanyanya tak yakin.
”Ya. Engkau wahai saudaraku!”
”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”
”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”

’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya
keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang. ”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas rasa cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan-pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.
Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang
Nabi. Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”
”Entahlah..”
”Apa maksudmu?”
”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”
”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka, ”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya!”
Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang
semula ingin disumbangkan kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya.
Itu hutang. Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan
Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti. ’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan!
Tak ada pemuda kecuali Ali!”

Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan
dengan tanggungjawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian. Dan bagi pencinta sejati, selalu ada yang manis dalam mencecap keduanya.

Di jalan cinta para pejuang, kita belajar untuk bertanggungjawab atas setiap perasaan kita..

Jalan Cinta Para Pejuang -- Salim A.Fillah